Senin, 15 Juli 2013

Sejarah Pembuatan Tali dan Temali

Sejarah Pembuatan Tali dan Temali

Tali Temali

Sejarah Pembuatan Tali  dan Temali  ini pertama kali diperkenalkan oleh W.H. Carothers, seorang ahli kimia dan di produksi oleh E.I. du Pont de Memors and Co. pada tahun 1938. 

Tali dan Temali  dari bahn sintetis, khususnya nylon, pada awalnya hanya diproduksi untuk kepentingan militer dan para pelaut. Kemudian, dengan semakin berkembangnya kegiatan yang mengarah ke alam terbuka, maka tali ini pun mulai dikenal oleh penggiat alam bebas. Disamping itu, tali ini juga mengalami perkembangan dalam hal konstruksi dan bahan pembuatannya.


Sejarah Pembuatan Tali dan Temali di dunia Kegiatan kepencintaalaman atau kegiatan di alam bebas adalah Salah satu peralatan yang sangat penting dan sangat mendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini. Tali dan Temali  bagi setiap penggiat alam bebas sudah merupakan kebutuhan utama, yang setiap saat dapat menjadi penolong hidupnya, bahkan dalam kondisi survival. Olehnya itu pengetahuan dan keterampilan tentang Tali dan Temali sangat perlu dipahami sebelum melakukan kegiatan alam bebas. 

Tali dan Temali  secara harfiah (menurut arti kamus) berarti untaian-untaian panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung dsb. Secara etimologi, tali temali dapat diartikan sebagai segala sesuat yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali. Tali dan Temali pada mulanya berasal dari akar-akar pohon. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan manusia, tali juga mengalami perkembangan, khususnya dalam hal bahan dan konstruksinya. 

Jika Tali dan Temali pada mulanya hanya berupa akar-akar pohon, maka selanjutnya manusia menciptakan tali dari anyaman serat alam dengan menggunakan peralatan tenun yang masih sederhana. Serat alam yang digunakan kebanyakan dari ijuk atau rambut dan serat alam lainnya seperti kapas, wol, sutera, serta serat tumbuhan yang lain. Sayangnya, tali yang terbuat dari serat alam tersebut masih memiliki keterbatasan, yakni serat alam mudah mengalami pembusukan dan penyusutan sehingga tidak bertahan lama. Hal ini tentunya memaksa manusia untuk mencari alternatif tali yang bagus, dan karena tuntutan kebutuhan akan tali yang semakin meningkat, maka terciptalah tali yang terbuat dari bahan sintetis, yang memiliki daya tahan yang lebih lama dan lebih kuat dari tali yang terbuat dari serat alam. 


Selanjutnya, selama Perang Dunia II , produksi tali dari sera sintetis ini semakin meningkat, sehingga tali yang terbua dari serat alam berkurang di pasaran. Namun setelah perang usai, kelangkaan Tali dan Temali dari serat sintetis mulai terasa. Hal ini disebabkan oleh karena bahnnya yang susah didapat dan harganya yang mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar